Minggu, 04 Juni 2017

NHW 3

MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH

Rumah tangga saya baru berusia 2 tahun. Terdiri atas 3 orang, saya, suami saya dan seorang anak perempuan lucu berusia 13 bulan, nduk Ayu. Kami hidup terpisah dari orang tua dan mertua dengan mengontrak rumah sendiri. Indah. Ya, karena kami benar2 bisa belajar banyak hal. Tapi memang di satu sisi terkadang saya merasa ingin dekat dengan ibu saya yg single parent tinggal seorang diri di rumah. Kadang saya merasa kasihan di hari tua ibu saya hidup sendiri, walaupun rumah ibu saya dan kontrakan saya hanya berjarak sekitar 5 menit dan ibu saya juga masih senang bekerja. Ya InsyaAllah suatu saat nanti saya pasti akan tinggal bersama ibu saya saat situasi dan kondisi sudah memungkinkan. Sementara saat ini saya bersama keluarga saya sedang belajar sebanyak2nya tentang hidup. Kami sedang berusaha belajar bagaimana membangun peradaban dari dalam rumah.

Suami saya, Johan Satori, 7 tahun lebih tua dari saya.
Dewasa. Ya, satu sifat pertamanya yg terlintas di pikiran saya. Kedewasaannya benar2 mampu membuat saya tenteram se-tenteram-tenteramnya. Dalam kondisi segenting apapun dia mampu tenang yang kemudian membuat saya juga mampu menghadapi semuanya. Tapi terkadang saya merasa berdosa dengan sikap kekanak-kanakan saya, saat terjadi keributan kecil selalu dialah yg terlebih dahulu meminta maaf. Saat saya berselisih paham dengan ibu saya, dialah yg selalu mendinginkan suasana tanpa memihak salah satu. Bahkan ibu saya pun sudah mengakui kedewasaannya.
Penyayang keluarga. Terbukti saat saya sedang hamil dan kemudian sakit, dia rela langsung pulang demi melihat kondisi saya yg padahal saat itu dia tengah bekerja. Bahkan dia tidak takut dipecat karena hal itu karena baginya keluarga adalah nomor 1 dan rezeki bisa dicari dengan jalan lain. Dia tidak pernah keberatan mengeluarkan banyak uang untuk membahagiakan keluarga. Dia selalu memenuhi kebutuhan anak kami. Bahkan setiap 2 atau 3 hari sekali dia selalu mengajak saya keluar hanya walaupun hanya sekedar membeli diapers, dia benar2 memahami kondisi saya.
Supel. Ya, dia sangat mudah akrab dengan orang lain bahkan yg baru saja dikenalnya. Karena pekerjaannya yg sering bertemu dengan orang baru, hal ini sangat cocok dengannya. Dan senangnya saya ketika dia pulang kerja menceritakan pengalaman luar biasa orang2 yg baru saja dia temuinya. Selain itu, dia sangat mudah mengambil hati orang lain, terbukti ketika berkenalan dengan orangtua saya dan langsung "klik" dan tidak begitu lama akhirnya kami menikah.
Sebenarnya masih banyak sifat2nya yg sangat membuat saya terkesan. Baginya kebahagiaan adalah jika melihat orang2 disekelilingnya juga bahagia. Jika saya lihat ternyata memang kemampuan sosialnya di atas rata-rata itu semoga menurun pada anak2 kami. Saya benar2 bersyukur dan merasa bangga dia menjadi suami saya dan ayah dari anak saya.
Dan tibalah saatnya saya menulis surat cinta untuknya. Perasaan deg-degan dan campur aduk saat menunggu responnya. Saya menyampaikan surat cinta saya via whatsapp yg kukirim padanya saat dia berada di samping saya. Dan kira-kira beginilah responnya :

Suami : (sambil liat hp) "wuss surat cinta untuk suamiku.. sini peluk.."
Aku : "ihh.. baca dulu sampe selesai lah mas"
Suami : (baca sebentar) "iya udah, sini peluk"
Aku menghampirinya dan kemudian hening
Aku : "udah gini doang responnya?"
Suami : (sambil tertawa) "sayang, laki-laki itu adalah orang yg paling ga bisa lebay"
Aku : #%$&@

Anak kami, Ayunindya Satori, 13 bulan.
Jarang rewel. Ya, di saat bayi2 newborn yg lain sering membuat orangtuanya begadang, tidak dengan nduk Ayu. Sangat jarang begadang dan menangis. Hal ini benar2 membantu saya dan suami yg merawatnya sendiri.
Mudah beradaptasi. Diajak ke tempat baru dia jarang menangis. Digendong orang yg baru dikenalpun langsung nempel. Walaupun kadang bikin khawatir karena dia "culikable". Tapi tak masalah, tetap dalam pengawasan saya.

Saya, Ririn Dwi Jayanti, usia seperempat abad. Jujur saya merasa bingung ketika menulis tentang diri saya sendiri dan potensi saya miliki karena saya merasa saya adalah seorang istri dan ibu rata-rata. Saya merasa biasa-biasa saja. Saya pun sering merasa minder melihat orang2 hebat di sekeliling saya, tapi bagaimanapun perasaan itu saat ini saya dalam proses belajar. Ya, saya sangat tertarik belajar berbagai ilmu baru, terutama tentang parenting. Jika saya mendapatkan hal yg baru, saya merasa ingin segera mendiskusikan dengan suami saya, dan jika suami mengizinkan saya merasa tertantang untuk mencobanya. Bahkan jika saya berkesempatan untuk berkuliah lagi, saya akan sangat bersedia.

Botokenceng RT 03 Tamanan Banguntapan Bantul Yogyakarta
Di rumah kontrakan kecil ini keluarga saya mulai belajar banyak hal. Jujur saja di lingkungan kampung ini tidak begitu bagus menurut saya. Banyak anak2 bermain sampai malam, banyak anak2 bergerombol dan sering berkata kotor, banyak anak2 SD sudah diizinkan mengendarai motor bahkan ngebut di dalam kampung. Tidak hanya anak2, para orangtua pun juga banyak yg berperilaku tidak baik. Sejauh yg saya lihat, amati dan beberapa informasi yg sy dengar, ada beberapa kasus pencurian, mabuk, dll. Takdir Allah keluarga saya hadir di kampung ini saya rasa agar kami bisa belajar lebih banyak lagi. Belajar bagaimana kami menyaring hal2 buruk di lingkungan, belajar bagaimana bertahan, berbaur tanpa melebur. Semoga kami bisa melewatinya dan kalau bisa semoga nanti mendapat tempat tinggal dengan lingkungan yg lebih layak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wallpaper Unicorn Galaxy

  Wallpaper Unicorn Galaxy Wallpaper Unicorn Galaxy is for Unicorn’s lovers. So many cute, awsome and amazing wallpapers you can use, and ...