Pertama kali dihubungi
oleh partner yaitu mbak Umi dari IP Bekasi ternyata mbak Umi adalah sosok luar
biasa. Ibu dari 2 anak yg saat ini sedang mengandung anak ketiga. Saat saling
tukar link jurnal begitu malunya saya karena merasa jurnal yg saya kerjakan tidak
ada apa-apanya. Setelah membaca jurnal beliau pun tulisannya sangat enak
dilihat dan mudah dicerna yg ternyata ditulis pada saat mengalami badai sakit
sekeluarga. Nah, fokus pada pokok permasalahan kemudian kami pun saling curhat.
Menjalani kehamilan di tengah pandemi ini ternyata tidak mudah untuk dijalankan. Rasa khawatir dan was-was pun pasti datang, apalagi kondisi kesehatan di kehamilan trimester pertama yg cukup menyita energi. Dan juga menghadapi 2 balita yg sedang masa aktif mencari perhatian dan membutuhkan banyak waktu dan tenaga dalam membersamai yg tentu saja membutuhkan banyak penyaluran energi di rumah karena situasi pandemi memang tidak memungkinkan untuk keluar rumah. Semua hal itu membuat mbak Umi merasa selalu kurang setiap membersamai anak-anak.
Setelah kami bertukar cerita akhirnya kami setuju untuk menjadi individu yg fleksibel dalam menjalankan peran. Demi kenyamanan bersama akhirnya mbak Umi memutuskan untuk menyekolahkan anak pertama, yg padahal rencana untuk menjalankan homeschooling sudah dirancang bahkan mbak Umi berperan sebagai fasilitator komunitas homeschooling di daerahnya. Walaupun pada akhirnya tetap belajar di rumah juga karena kondisi pandemi semakin buruk sehingga sekolah tatap muka belum memungkinkan. Kemudian pada saat menjalankan rutinitas bersama anak seperti mengaji, sholat berjamaah dan jadwal belajar tetap dilakukan walaupun waktu pelaksanaannya lebih longgar. Pada akhir kata kami pun saling memberikan semangat untuk menjadi central of gravity dari pendidikan yg tentu saja bermuara di rumah.
#umpanbalik1
#Identifikasimasalah
#ibupembaharu
#bundasalihah
#darirumahuntukdunia
#hexagoncity
Tidak ada komentar:
Posting Komentar